Sunday 5 August 2007

Kesabaran

Puih! Jadi orang sabar ternyata luar biasa beratnya. Dalam diri manusia terdapat potensi ketidaksabaran yang dahsyat. Mengelola kesabaran adalah langkah awal menuju kesuksesan hidup. Kesabaran akan melahirkan ketekunan dan semangat hidup yang susah padam. Nilai kesabaran bagiku tidak dapat diukur. Dengan memberikan limit kesabaran berarti sama dengan membuat nilai kesabaran itu hampa. Jadi, kalau ada kata-kata 'sabar ada batasnya', bagiku hal itu memiliki tafsir sebagai memaknai ketidaksabaran sebagai kesabaran. Kalau diumpamakan secara konkrit, ucapan itu sama dengan kau menilai sapi sebagai kerbau.
Untuk mengelola kesabaran, dibutuhkan komitmen yang tangguh. Komitmen itu lahir bukan secara tiba-tiba. Ia tercipta dari semangat merubah. Dalam jiwa manusia, kesabaran merupakan fase dari sikap kepasrahan pada nilai-nilai llahiyah. Sulit bagi kita mencipta kesabaran jika kita tidak percaya pada moralitas ketuhanan. Melatih kesabaran, membuat jiwa seseorang tersinari oleh semangat membangun masa depan.
Dalam dunia pendidikan, kesabaran belumlah dijadikan basis yang melandasi pendidikan keagamaan. Pendidikan agama acap melihat persoalan normatif sebagai 'barang mewah' yang tidak bisa diwujudkan. Kesabaran, benar, adalah normatif. Tapi tentu saja salah kalau kesabaran itu lalu dianggap nilai yang tidak aplikatif.
Kesabaran bagiku bukanlah kelambanan. Karena kesabaran bukanlah wilayah fisik. Ia lebih ke arah pengelolaan emosi. Seorang yang sabar bukan berarti harus bergerak lamban. Dalam dunia pendidikan kita sering melihat sosok pendidik kurang memberikan contoh yang baik tentang nilai kesabaran. UAN adalah contoh nyata dari langkanya nilai kesabaran dalam wilayah pendidikan kita. Para guru, melakukan apa saja untuk meluluskan murid-muridnya dari UAN. Depdiknas dengan tidak sabar memutiuskan bahwa UAN adalah alat ukur yang tepat untuk menilai mutu pendidikan kita. Ibaratnya; ada orang miskin yang di beri uang 100 ribu. Lalu ia diminta membelanjakan uang itu. Ia pun dengan bersemangat membeli baju yang mewah di sebuah supermarket. Dia tidak sabar dalam mengambil keputusan. Padahal di rumahnya orang itu tidak punya beras untuk dimakan. Apa baju itu bisa dimakan?. Contoh itu sama dengan kasus UAN tersebut. Dalam hal ini, kesabaran bagiku adalah kematangan berpikir.

No comments: